Topik : Konflik
Abstrak : Masalah konflik antar umat beragama, yang saat ini sering terjadi yang berawal dari tidak adanya rasa saling toleransi antarumat pada suatu tempat tertentu yang dihuni oleh macam-macam keyakinan atau kepercayaan dalam menjalankan ibadahnya masing-masing.
Komnas HAM Kecam Kekerasan FPI

JAKARTA – Komisi Nasional (Komnas) HAM mengecam insiden pemukulan yang dilakukan oleh puluhan orang dari massa yang mengenakan atribut Front Pembela Islam (FPI) di Monumen Nasional (Monas) Jakarta terhadap Aliansi Kebangsaan dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).

“Komnas HAM mengecam kekerasan tersebut,” kata subkomisi pengkajian dan penelitian Komnas HAM, Ahmad Baso kepada okezone, Senin (2/6/2008).

Dia menambahkan, Komnas juga menyesalkan terlambatnya tindakan aparat kepolisian.

“Kami juga menyayangkan tindakan aparat karena membiarkan kekerasan terjadi. Mereka (para polisi) baru datang saat mereka (massa AKKBB) sudah luka-luka, sehingga terkesan adanya pembiaran,” tandasnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, Komnas mendesak agar aparat kepolisian bertindak tegas. “Aparat harus bersikap tegas untuk menangkap pelaku peganiayaan, dan meminta polisi untuk koreksi dalam hal mendukung adanya upaya hukum,”

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa alasan umat beragama bertikai menggunakan landasan ideologi mereka ?
2. Mengapa hal ini sudah seperti hal kebiasaan yang sewaktu-waktu dapat terjadi setiap periode ?
C. TEORI
Teori Konflik Modern
. Wright Mills telah disebut sebagai pendiri teori konflik modern. Dalam Pandangan Mills, struktur sosial diciptakan melalui konflik antara orang-orang dengan kepentingan yang berbeda dan sumber daya Individu dan sumber daya, pada gilirannya, dipengaruhi oleh struktur dan oleh “ketimpangan distribusi kekuasaan dan sumber daya di masyarakat. ” Kekuatan elit masyarakat Amerika, yaitu -industri yang kompleks militer telah “muncul dari fusi dari perusahaan elit, Pentagon , dan cabang eksekutif pemerintahan. ” Mills argued that the interests of this elite were opposed to those of the people. Mills berpendapat bahwa kepentingan elit ini menentang orang-orang. Dia berteori bahwa kebijakan elite kekuasaan akan menghasilkan “peningkatan eskalasi konflik, produksi senjata pemusnah massal , dan mungkin penghancuran umat manusia. ”
Satu artikulasi lebih baru teori konflik ditemukan dalam Alan Sears ‘(sosiolog Kanada) Sebuah buku buku Bagus, dalam Teori: A Guide to Teoritis Berpikir (2008):
• Societies are defined by inequality that produces conflict, rather than which produces order and consensus. Masyarakat didefinisikan oleh ketimpangan yang menghasilkan konflik, daripada yang memproduksi ketertiban dan konsensus. This conflict based on inequality can only be overcome through a fundamental transformation of the existing relations in the society, and is productive of new social relations. Konflik ini didasarkan pada ketimpangan hanya dapat diatasi melalui transformasi fundamental hubungan yang ada dalam masyarakat, dan produktif hubungan sosial yang baru.
• The disadvantaged have structural interests that run counter to the status quo, which, once they are assumed, will lead to social change. Yang kurang beruntung memiliki kepentingan struktural yang bertentangan dengan status quo, yang, begitu mereka diasumsikan, akan mengakibatkan perubahan sosial. Thus, they are viewed as agents of change rather than objects one should feel sympathy for. Jadi, mereka dilihat sebagai agen perubahan bukan obyek yang harus merasa simpati.
• Human potential (eg, capacity for creativity) is suppressed by conditions of exploitation and oppression, which are necessary in any society with an unequal division of labour. Manusia yang potensial (misalnya, kapasitas untuk kreativitas) ditekan oleh kondisi eksploitasi dan penindasan, yang diperlukan dalam masyarakat mana pun dengan pembelahan yang tidak sama kerja.. Ini dan lainnya kualitas tidak selalu harus terhambat karena persyaratan apa yang disebut ” proses pembudayaan , “atau” keharusan fungsional “: kreativitas sebenarnya mesin untuk pembangunan ekonomi dan perubahan.
• The role of theory is in realizing human potential and transforming society, rather than maintaining the power structure. Peran teori dalam mewujudkan potensi manusia dan masyarakat mengubah, daripada mempertahankan struktur kekuasaan.. Tujuan kebalikan dari teori akan menjadi objektivitas dan detasemen yang terkait dengan positivisme , dimana teori adalah suatu penjelasan, alat netral.
• Consensus is a euphemism for ideology . Konsensus adalah sebuah eufemisme untuk ideologi . Asli konsensus tidak tercapai, lebih kepada lebih kuat dalam masyarakat dapat memaksakan konsep mereka pada orang lain dan mereka menerima mereka wacana . Konsensus tidak mempertahankan ketertiban sosial, stratifikasi berarti menetapkan, misalnya, mimpi Amerika .
• The State serves the particular interests of the most powerful while claiming to represent the interests of all. Para Negara melayani kepentingan tertentu yang paling ampuh sambil mengklaim untuk mewakili kepentingan semua. Representasi kelompok yang kurang beruntung dalam proses Negara dapat mengolah gagasan partisipasi penuh, tapi ini adalah ilusi / ideologi.
Ketimpangan pada tingkat global ditandai dengan tujuan keterbelakangan di Dunia Ketiga negara, baik selama penjajahan dan setelah kemerdekaan nasional. Manfaat yang kuat sebagian besar negara dan perusahaan multi-nasional, bukan subyek pembangunan, melalui, politik, dan militer tindakan ekonomi.

D. BAB II
Konflik Menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.

Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.

Konflik Menurut Myers
Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)
1. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.

Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.

Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia – fisik, mental, dan sosial – yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
• Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
• Agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan dasar semua pihak.

Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
• Menambah pengetahuan pihak-pihak yang mengalami konflik mengenai budaya pihak lain.
• Mengurangi stereotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain.
• Meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.

E. PEMBAHASAN
1. Apa alasan umat beragama bertikai menggunakan landasan ideologi mereka ?
Seringkali hal tersebut hanya diawali oleh masalah sepele yang sengaja dibesar-besarkan untuk mendapat perhatian akan masyarakat luas, tetapi realitanya kelompok yang sering melakukan aksi kekerasan tersebut ”FPI” malah mendapat citra yang negatif. Mereka menggunakan istilah jihad untuk membela agama mereka dengan cara apapun yang jelas melanggar aturan hukum di negara ini. Padahal jihad sendiri berarti melawan hawa nafsu dalam diri sendiri.

2. Mengapa hal ini sudah seperti hal kebiasaan yang sewaktu-waktu dapat terjadi setiap periode ?
Banyak sekali faktor pendorong yang menjadi inti utama terjadinya perselisihan antarumat beragama. Salah satunya adalah unsur politik, yaitu banyak sekali pelaku kekerasan tersebut selalu terbebas dari payung hukum ataupun hanya mendapat hukuman ringan. Hal ini sungguh tidak adil sekali dengan pencuri ayam yang dihukum hingga 3 tahun . coba kita renungkan hal tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Spektrum konflik luas dan metode untuk menyelesaikan konflik tersebut bermacam-macam. Kabar baik tentang manajemen konflik, bahwa strategi yang kita gunakan sehari-hari untuk mengelola misalnya karyawan dan perusahaan ialah sama halnya dengan strategi yang harus kita gunakan untuk menyelesaikan konflik.

B. SARAN
Di Indonesia sudah sejak dulu kita hidup berbeda, entah dalam hal budaya, seni, norma dan nilai di setiap daerah dan kesemuanya tersatukan dalam Negara. Intinya kita saling bisa bertoleransi dalam perbedaan. Saling menghargai dan menghormati. Sebagai contoh kita lihat di Negara Amerika, disana tinggal berbagai ras dan berbagai agama, tetapi mereka dapat hidup rukun berdampingan. Hal tersebut dimulai dari rasa tenggang rasa individu masing-masing

C. DAFTAR PUSTAKA

http://psychochanholic.blogspot.com/2008/03/teori-teori-konflik.html
Arifin, Syamsul. 2009. Studi Agama: Perspektif Sosiologis dan Isu-isu Kontemporer. Malang: UMM Press
Bernard, Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Margaret, M. Poloma. 1994. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Narwoko, Dwi, dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik#Teori_Konflik_Menurut_Lewis_A._Coser
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik#Konflik_Menurut_Robbin
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik#Konflik_Menurut_Stoner_dan_Freeman
http://en.wikipedia.org/wiki/Conflict_theory
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik#Teori_Konflik_Menurut_Ralf_Dahrendorf
http://news.okezone.com/read/2008/06/01/1/114513/komnas-ham-kecam-kekerasan-fpi
TUGAS SOSIOLOGI TERAPAN (Rombel 3)

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

Dosen Pengampu : Bu Okataviani Adhi S.
Disusun oleh : Yogi Alan Novanda
3401409071
Semester 3

Jurusan Sosiologi & Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang
2011

Tinggalkan komentar